Mimpi Makan Siang Sehat di Sekolah: Harapan, Tantangan, dan Suara Orang Tua Victoria

Edhy Aruman

Bayangkan sebuah siang di sekolah: anak-anak duduk bersama, menikmati sepiring makan siang hangat yang penuh gizi, tertawa, berbagi cerita, dan tanpa beban orang tua harus terburu-buru menyiapkan bekal pagi hari.

Bagi banyak negara di dunia, ini bukan sekadar mimpi—ini sudah jadi kenyataan. Dari Jepang hingga Brasil, dari Finlandia hingga Korea Selatan, program makan siang di sekolah telah menjadi bagian penting dari sistem pendidikan dan kesehatan anak.

Namun, di Australia, terutama di negara bagian Victoria, impian itu masih dalam tahap wacana. Meski ada beberapa program pilot, seperti proyek makan siang di Tasmania dan rencana “Meals in School” di ACT, secara nasional Australia masih belum memiliki program makan siang universal yang menyentuh semua siswa.

Sebuah studi terbaru dari Deakin University mencoba menjawab satu pertanyaan penting: jika sekolah di Victoria menyediakan makan siang, seperti apa yang diinginkan para orang tua?

Dengan responden lebih dari 350 orang tua murid SD di Victoria, survei ini mengungkap gambaran yang penuh harapan. Sebagian besar orang tua—sekitar 57%—menyatakan bersedia membiarkan anak mereka mengikuti program makan siang yang disediakan sekolah.

Alasan mereka? Makanan hangat yang bergizi, kemudahan bagi orang tua, dan kesempatan sosial yang positif bagi anak-anak.

Menariknya, banyak orang tua juga menyoroti sisi praktis dan emosional dari program ini. Mereka ingin makanan yang sehat, berbahan segar, tanpa pengawet, dan disesuaikan dengan kebutuhan diet serta budaya. Beberapa bahkan berharap anak-anak bisa ikut terlibat dalam proses memasak atau perencanaan menu—sebuah bentuk pendidikan gizi yang sangat relevan di era modern.

Namun, ada pula kekhawatiran. Sebagian kecil orang tua tidak setuju dengan program ini, utamanya karena khawatir anak-anak tidak akan makan makanan yang disediakan, atau karena mereka merasa menyediakan bekal adalah tanggung jawab pribadi. Beberapa mengangkat isu biaya, kualitas makanan, hingga tantangan logistik seperti alergi, preferensi diet, dan waktu makan yang cukup.

Mayoritas orang tua tidak keberatan ikut berkontribusi secara finansial. Kisaran harga makan siang yang paling banyak dipilih adalah AUD 5–6 per porsi—sesuai dengan biaya aktual program serupa di Tasmania dan Selandia Baru. Namun, 30% responden juga berharap program ini bisa dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah, terutama untuk menjangkau anak-anak dari keluarga kurang mampu. Di sini, muncul ide tentang model hybrid: subsidi bagi yang membutuhkan, dengan kontribusi ringan dari orang tua lain, atau bahkan model universal agar tidak menimbulkan stigma.

Masalah lainnya? Waktu makan. Saat ini, sebagian besar sekolah dasar di Australia hanya memberi waktu 10 menit untuk makan siang. Dalam program percontohan di Tasmania, waktu ini ditambah menjadi 20 menit, dan hasilnya sangat positif. Waktu makan yang cukup ternyata berpengaruh pada suasana belajar yang lebih tenang, peningkatan konsentrasi, dan hubungan sosial yang lebih sehat.

Apa yang bisa kita pelajari? Bahwa makan siang bukan hanya soal nutrisi, tapi juga pendidikan karakter, kesetaraan sosial, dan kesehatan jangka panjang. Makan siang bersama menciptakan momen bagi anak untuk belajar, tidak hanya tentang makanan, tapi juga tentang kebersamaan, disiplin, dan empati.

Studi ini menjadi titik awal yang sangat penting. Ia menegaskan bahwa program makan siang di sekolah layak diperjuangkan di Victoria—bahkan di seluruh Australia. Namun, seperti semua kebijakan publik, kunci keberhasilannya adalah keterlibatan semua pihak: orang tua, sekolah, pemerintah, ahli gizi, bahkan anak-anak itu sendiri.

Mungkin belum hari ini, tapi siapa tahu dalam beberapa tahun ke depan, kita bisa melihat anak-anak di seluruh Victoria duduk bersama, menikmati makan siang sehat mereka, dengan senyum lebar dan perut kenyang—sembari membangun masa depan yang lebih cerah, satu piring demi satu piring.

RUJUKAN

Nanayakkara, J., Aydin, G., Booth, A. O., Worsley, A., & Margerison, C. (2024). Victorian (Australian) parents are receptive to a primary school-provided lunch program. Young Consumers, 25(6), 687-705. https://doi.org/10.1108/YC-10-2023-1882

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *