Junior T. Siahaan
Gotong royong adalah wujud nyata dari semangat kebersamaan dan kerja sama yang melekat dalam budaya Indonesia dan terkandung dalam nilai-nilai koletivisme dalam Pancasila. Nilai ini menggambarkan sikap saling membantu, berbagi tanggung jawab, dan bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam skala yang lebih besar. Tidak hanya terbatas pada aktivitas fisik seperti kerja bakti, gotong royong juga tercermin dalam bentuk dukungan sosial dan partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai program pembangunan.
Dalam konteks pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG), semangat gotong royong menjadi landasan penting untuk memastikan keberhasilan program. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat luas sangat dibutuhkan agar program dapat terlaksana secara efektif, transparan, dan merata. Dengan mengedepankan nilai gotong royong, berbagai tantangan dapat dihadapi secara kolektif demi tercapainya tujuan bersama: kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
Membangun Kebudayaan Makan Bersama merupakan langkah strategis untuk mempererat hubungan sosial serta menanamkan nilai-nilai kebersamaan sejak usia dini. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi gotong royong dan kekeluargaan, makan bersama bukan hanya sekadar aktivitas konsumsi, melainkan momen penting untuk memperkuat ikatan antarindividu, baik dalam keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Kebiasaan ini dapat menjadi sarana untuk berbagi cerita, mendidik anak tentang sopan santun saat makan, serta mengenalkan berbagai jenis makanan bergizi.
Di sekolah, penerapan budaya makan bersama melalui program seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) berpotensi menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan harmonis. Anak-anak tidak hanya mendapatkan asupan gizi yang cukup, tetapi juga belajar tentang nilai kebersamaan, kesetaraan, dan kepedulian terhadap sesama. Dengan makan dalam suasana kolektif, stigma atau perbedaan latar belakang sosial ekonomi dapat dikikis, karena semua anak merasakan perlakuan yang sama dan duduk dalam meja yang setara. Hal ini juga membuka ruang bagi guru untuk memberikan edukasi gizi secara langsung dan menyenangkan.
Lebih luas lagi, membudayakan makan bersama di lingkungan masyarakat khususnya dalam ruang Sekolah dapat menghidupkan kembali tradisi-tradisi lokal seperti kenduri, arisan makanan, atau jamuan warga, yang memperkuat solidaritas sosial dalam komunitas. Pemerintah dan tokoh masyarakat dapat mendorong kegiatan ini sebagai bagian dari kampanye hidup sehat dan harmonis. Dalam jangka panjang, budaya makan bersama akan membentuk masyarakat yang lebih inklusif, peduli, dan memiliki semangat gotong royong tinggi sebuah fondasi penting untuk membangun peradaban bangsa Indonesia yang tangguh dan berkarakter.